Terapan Geologi Gunung Api dalam Geokonservasi, Geoheritage dan Geowisata di Daerah Imogiri dan Pleret Kab. Bantul, Yogyakarta

Mulyaningsih, Sri (2019) Terapan Geologi Gunung Api dalam Geokonservasi, Geoheritage dan Geowisata di Daerah Imogiri dan Pleret Kab. Bantul, Yogyakarta. [Experiment] (Unpublished)

[img] Text (laporan)
LaporanKemajuan Dr SRI MULYANINGSIH S.T, M.T_simlitabmas2019.pdf - Accepted Version

Download (1MB)
[img] Text (kontrak)
kontrak penelitian 19.pdf - Accepted Version

Download (502kB)

Abstract

Daerah penelitian tahun kedua difokuskan berada di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, sekitar 22 km ke arah selatan dari Kampus I IST AKPRIND Jl. Kalisahak No 28 Yogyakarta. Hal itu dilatarbelakangi oleh kejadian longsoran berdimensi sangat besar (lebar ~100 m dan tinggi ~250m) terjadi di tebing utara Sungai Cengkehan dari Cengkehan hingga Giriloyo, pada Minggu malam tanggal 17 Maret 2019. Dampak terbesar dari longsoran ini adalah banjir bandang yang melanda Dusun Karangtengah, Giriloyo Bawah dan Nogosari (Desa wukirsari, Kecamatan Imogiri). Sesar mendatar berjajar parallel dan sesar oblik mendatar turun, dipotong oleh sesar-sesar turun teridentifikasi pada pada tahun pertama (2018) penelitian ini. Sesar-sesar tersebut diprediksi berpotensi roboh di sisi selatan Sungai Cengkehan (Grenjeng) dan longsor di sisi utara Sungai Cengkehan (terbukti longsor di tebing utara pada 17 Maret 2019). Potensi longsor berikutnya, akan mengancam Makam dan Masjid Agung Giriloyo, yang secara emosional merupakan warisan budaya Kraton Yogyakarta, sehingga harus dilindungi. Pada penelitian pertama juga mengidentifikasi warisan geologi gunung api purba berumur Oligosen Akhir (23 juta tahun lalu) hingga Miosen Awal (22 juta tahun lalu) menghasilkan perselingan tuf hitam dan lava basalt, tuf palagonite basalt dan lava-blocky dengan lava bersusunan basalt, yang tidak pernah tersingkap di lokasi lain selain di Desa Tegalrejo (Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul). Di atasnya adalah dike, breksi, lava dan aglomerat berkomposisi andesit Formasi Nglanggeran Bawah yang diinterpretasi berumur Miosen Awal-Miosen Tengah (20-14 juta tahun lalu). Hasil penelitian juga mengidentifikasi bahwa pergerakan sesar-sesar tersebut tidak dapat dihentikan, namun dapat diupayakan untuk dikurangi lajunya, melalui geokonservasi, meliputi pelandaian (terasering) dengan taman bambu untuk peringatan dini, pembuatan tanggul dan penyemenan. Tujuan penelitian tahun kedua adalah (1) merumuskan dimensi teras, sudut pelandaiannya dan arah kemiringannya agar tercapai efektivitas terasering dan pengerjaannya; (2) membuat perencanaan taman bambu (jenis bambu ditentukan Kuning dan Ampel): menentukan jarak tanam berdasarkan spesifikasi jenis tanah yang sesuai; dan (3) menyusun perencanaan bangunan tanggul. Metode penelitian adalah analisis sifat keteknikan dan daya dukung lahan yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama terdiri atas pemetaan geologi gunung api (telah diselesaikan pada tahun pertama), pemetaan geologi teknik (di permukaan dan bawah permukaan), analisis keteknikan di lapangan dan laboratorium. Tahap kedua adalah pembuatan master plan geokonservasi, identifikasi geoheritage dan desain pengelolaan geowisata. Ke semua itu dilaksanakan baik di lapangan maupun di laboratorium dan studio. Mengingat tebing utara Sungai Cengkehan telah longsor, maka pada penelitian tahun kedua ini juga ditargetkan dihasilkan desain teknik terrinci untuk tanggul, terasering dan taman bambu. Hasil penelitian adalah terdapat 4 segmen teras di tebing utara Sungai Cengkehan-Bukit Makbul, yang secara administrasi masuk ke wilayah Dusun Giriloyo Atas, Cengkehan, Nogosari, dan Pucung. Ke 4 segmen tersebut ditentukan berdasarkan data interpretasi data geolistrik yang dilakukan menggunakan konfigurasi dipole-dipole dengan arah bentangan memotong kontur (searah kemiringan). Teras 1 terletak pada ketinggian yang sama dengan makam dan Masjid Agung (434770-435010 mE dan 9124550-9124700 mN), dengan dimensi teras 40x150 m, sudut pelandaian disasar hingga 15o dan arah kemiringan ke selatan; Teras 2 berada pada 434800-434900 mE dan 9124500-9124650 mN dengan dimensi teras 100x150 m, sudut pelandaian disasar 20o dan slope berarah baratdaya; Teras 3 berada pada zona longsor 17 Maret 2019 yang terdiri atas 3 teras dengan 2 tanggul (435070-435170 mE dan 9124500-9124750 mN) dengan dimensi teras 100x250 m, sudut pelandaian disasar hingga 25o dan arah slope relative ke utara-selatan; dan Teras 4 terletak pada 435150-435250 mE dan 9124250-9124500 mN dengan dimensi teras 100x250 m, sudut pelandaian disasar 30o dan berarah selatan-baratdaya. Di lahan dengan teras (miring) dibudidayakan bamboo berjenis Bambu Kuning dan Bambu Hijau, jarak tanam pokok bamboo adalah 5 meter. Pokok dan batang bamboo utamanya dimaksudkan untuk langkah monitoring dan konservasi lahan dari gerakan massa. Teras landai direncanakan untuk penempatan jalan setapak dan pertamanan. Perencanaan bangunan tanggul dihitung dan disintesis dengan menggunakan data hasil pemetaan geologi teknik, struktur geologi dan geologi bawah permukaan; bangunan tanggul ini ditujukan untuk mengurangi laju erosi pada lahan longsor dan bergerak lainnya. Lokasi tanggul adalah pada zona teras 3 dan teras 4. Perencanaan desain pengelolaan geowisata menggunakan dasar pemberdayaan sumber daya local (manusia, sosial, budaya dan ekonomi local, yang diinterkoneksikan dengan data kondisi geologi gunung api daerah di sekitarnya. Di sini teridentifikasi 5 kawasan jelajah alam geologi gunung api (disingkat JAGAPU) yang dapat diinterkoneksikan, yaitu JAGAPU Giriloyo-Gunung Makbul, JAGAPU Sindet-Plencing, JAGAPU Pucung-Dengkeng, JAGAPU Karangtengah-Munthuk, dan JAGAPU Wonolelo-Segoroyoso. JAGAPU-JAGAPU tersebut telah didukung oleh variable pariwisata yang memadai, yaitu aksesibilitas yang baik dengan tipe jalan kabupaten; obyek geowisata geologi gunung api yang spesifik dan berbeda antara satu JAGAPU dengan JAGAPU lain; geowisatawan dapat menyusuri area geowisata sambal mempelajari kondisi geologinya, yang di antara JAGAPU-JAGAPU dapat saling melengkapi; kawasan ini juga telah dilengkapi dengan fasilitas rumah singgah (guest house) dan rumah makan, serta pasar-pasar tradisional yang dapat dijumpai pada tiap-tiap hari libur (sabtu dan minggu), serta jarak dengan pusat perbelanjaan, oleh-oleh (cinderamata) dan museum pun tidak terlalu jauh. Geoheritage diusulkan dalam kaitannya dengan keberadaan geologi gunung api purba yang dimiliki wilayah ini. Tujuan itu akan dicapai melalui aplikasi geologi gunung api purba dalam meminimalkan potensi gerakan massa, melalui pengembangan geowisata dan geoheritage (cagar geologi), untuk kepentingan geokonservasi data geologi. Luaran wajib terdiri atas desain geokonservasi dan geowisata gunung api purba Giriloyo, telah didaftarkan paten dan telah diperiksa secara substantive untuk kewajiban kelengkapan hak cipta, menghasilkan kebijakan dalam pengembangan dan pengelolaan eko dan geowisata (telah dihasilkan), pengembangan metode pengelolaan geowisata, dan model geokonservasi yang spesifik menggunakan batang dan pokok Bamboo Kuning dan Bamboo Hijau. Luaran yang lain adalah produk batik bermotif batu, dari hasil sketsa sayatan tipis batuan gunung api yang diambil di Giriloyo-Cengkehan. Strategi pengembangan geowisata saat ini didekati melalui penyelenggaraan pasar tradisional Sor Jati, untuk menarik makin banyak pengunjung. Hasil penelitian pada tahun pertama yang mendeskripsi sesar-sesar berpotensi longsor, kini telah terbukti terjadi longsor berdimensi besar pada lokasi 435070-435170 mE dan 9124500-9124750 mN, sehingga target capaian terapan keilmuan geologi gunung api dalam identifikasi Gerakan . Luaran penelitian tambahan yang telah dihasilkan hingga tahun kedua adalah seminar internasional dengan 2 judul, 2 makalah ilmiah yang dipublikasi pada Jurnal Terakreditasi SHINTA dan terindeks SCOPUS. Makalah dipublikasi pada seminar internasional membahas desain pengelolaan geowisata di JAGAPU Giriloyo dan interkoneksinya dengan JAGAPU-JAGAPU lain di sekitarnya, serta temuan-temuan bidang-bidang berpotensi tergelincir dari hasil pemetaan geologi teknik di daerah penelitian; masing-masing dipresentasikan pada ICoSET 2019 di Pekanbaru pada 5-6 September 2019 dan ICEST 2019 yang akan dipresentasikan di Solo pada November 2019. Makalah dipublikasi pada jurnal berreputasi adalah pada JGEET Vol 04 No 03 2019 dan IJOG. Kegiatan selanjutnya adalah realisasi pembangunan terasering, tanggul penahan longsor dan erosi, dan taman bamboo, yang master plannya telah dihasilkan.

Item Type: Experiment
Subjects: Q Science > QE Geology
Divisions: Fakultas Teknologi Mineral > Teknik Geologi (S1)
Depositing User: sri mulyaningsih
Date Deposited: 27 Jul 2023 02:57
Last Modified: 27 Jul 2023 02:57
URI: http://eprints.akprind.ac.id/id/eprint/1975

Actions (login required)

View Item View Item